Sejarah Perkembangan Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit
di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia ), kemudian budidaya
yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa
sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas
areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan
kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara
Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa
sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak
sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949,
pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang
meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan
alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi,
pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen
perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang
merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan
manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan
dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit
menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar
tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan
perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan keja,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa
Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk
perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha
dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu
lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang
melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang
dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan
akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain
ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk
minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika
Serikat dan Brasil.
Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa
sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa
sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah
menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran
makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat
dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku
pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang
kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi
lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun)
juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan
oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang
paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak
nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati
dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini
akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
meningkatnya konsimsi per kapita.
Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal
ini minyaknya) mempunyai peran yang cukup strategis, karena : (1)
Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan
yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut.
Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok
kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh
lapisan masarakat. (2) Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan
ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai
sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses produksi
maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sampai pertengahan tahun 1970 an
minyak kelapa merupakan pemasok utama dalam kebutuhan minyak nabati
dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih
banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit. Produksi
kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun terakhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada
awal tahun 1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung
meningkat sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit,
terutama dalam industri minyak goreng. Dari segi perolehan devisa,
selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya kurang baik. Volume ekspor
selama dekade terakhir ini memang selalu meningkat, akan tetapi
peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal
ini terjdi karena adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit
Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun
majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih
muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan
duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti
bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit
mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar
napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi
dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah
bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
Persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai
berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal
berkisar antara 1-500 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7
jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal
24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau
Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki
tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan
solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman
kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
Penyediaan benih
1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit
Sumber benih yang baik dapat diperoleh
dari balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research
Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Dalam penyediaan
benih kelapa sawit, balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun
induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon
bapak tipe Pisifera terpilih.
2) Penyediaan benih sendiri
Untuk memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan
yang terjadi pada bunga betina dari pohon induk harus dilakukan secara
terkontrol. Untuk maksud tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara
buatan. Dalam penyerbukan secara buatan, pohon induk untuk bunga betina
yang digunakan adalah tipe Dura atau Delidura terpilih seperti terdapat
di Marihat research Station, sedangkan sebagai pohon induk bunga jantan
digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di Marihat Research Station.
Penyerbukan buatan diawali dengan penyediaan serbuk sari. Beberapa saat
sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk terpilih dibungkus
dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan tersebut matang,
lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari
tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke
dalam tube dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk.
Tube yang telah berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol
kemudian divakumkan. Sambil menunggu saat penggunaannya botol serbuk
sari harus disimpan di dalam almari pendingin (freezer). Pada pohon
induk untuk bunga betina terpilih, tandan bunga betina ditutup dengan
kantung plastik transparan dan diberi label. Amati bunga sampai mencapai
tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah matang
adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka
dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk
sari yang telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram
serbuk sari + 1 gram talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga
betina. Bunga betina yang telah diserbuki diberi label dan ditutup
dengan plastik transparan. Empat hari kemudian penutup dibuka dan tandan
bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya lebih lanjut. Setelah 6
bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan benih dilakukan
bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah telah
lepas dari tandannya.
Pengecambahan benih kelapa sawit
1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan
daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam
larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi
untuk memberoleh biji yang berukuran seragam. Semua benih disimpan di
dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum
dikecambahkan.
4) Untuk mengecambahkan benih, dilakukan
perendaman terlebih dahulu. Benih direndam dalam ember berisi air
bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang
baru.
5) Setelah benih direndam, benih
diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan
menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji
harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.
6) Selanjutnya benih disimpan di dalam
kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500
sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat
ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut
dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang
pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7) Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2 kali per minggu ) dengan
membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist
sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 –
22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8) Setelah melewati masa 80 hari,
keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di
tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula.
Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama
15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap
dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery).
Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya
tidak digunakan untuk bibit.
Pembibitan Kelapa Sawit
Lokasi/areal untuk pelaksanaan
pembibitan dengan pesyaratan : harus datar dan rata, dekat dengan
sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang
akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus diratakan dan
dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi
penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi
dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan
harus sesuai dengan kebutuhan.
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu:
(a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap
(double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal
(prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.
a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
(b) Cara tak langsung
Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double
stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery)
selama 3 bulan dan persemaian bibit(nursery)selama 9 bulan.
Tahap pendederan (prenursery)
Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag
kecil, kemudia diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm
dan panjang bedengan secukupnya.
Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).
Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah
berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat
dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar
tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah
polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat
membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat
melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
Pesemaian bibit (nursery)
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan
dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x
60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya
untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak
sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang
akan dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher
akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit
dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian
disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur
dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x
100 cm x 100 cm.
Kegiatan pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan
1) Penyiraman; kegiatan penyiraman di
pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan
sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu
untuk setiap bibit.
2) Pemupukan; untuk pemupukan dapat
digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan
komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3) Seleksi bibit; seleksi dilakukan
sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan
bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur
empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum
bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan
setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang,
dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai,
c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun
tidak sempurna.
Penanaman Kelapa Sawit
1) Persiapan lahan
Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada
areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new planting), bekas
perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman kelapa sawit
(bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan lahan secara mekanis pada
areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni:
a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan
agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan
menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan
membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar
dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d)
pengolahan tanah secara mekanis.
Pembukaan lahan secara mekanis pada
tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah
secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok
kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1
meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per
pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar,
memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa
sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar; d)
pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan
dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi
tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit (
misalnya cendawan Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud pengajiran adalah untuk
menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak
tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila
dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System
jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m
x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan
tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m.
Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari
sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x
40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah
dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah
dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti
Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi
polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian
masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian
bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit
secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat
berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur
sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan
permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan,
lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit
a. Penyulaman
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.
- Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan.
- Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur 10 – 14 bulan.
- Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.
- Cara melaksanakan penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
b. Penanaman tanaman penutup tanah
- Tanaman penutup tanah (tanaman
kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit
sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan
biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah,
menekan pertumbuhan gulma.
- Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
- Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum
di perkebunan kelapa sawit adalh Centrosema pubescens, Colopogonium
mucunoides dan Pueraria javanica.
- Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
c. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)
- Piringan di sekitar pokok (pohon
kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok
dengan jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus selalu bersih dan gulma
yang tumbuh harus dibabat, disemprot dengan herbisida.
d. Pemupukan
- Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan Borax).
- Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax
pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron
deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit.
- Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
- Untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun.
- Dosis pemupukan tergantung pada umur tanaman.
- Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah sebagai berikut :
Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi
Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :
Urea : 0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25 – 0,30 kg
KCl : 0,20 – 0,50 kg
Kiserit : 0,10 – 0,20 kg
Borax : 0,02 – 0,05 kg
- Pada tanaman belum menghasilkan pupuk
N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok
sampai ujung tajuk daun.
- Pada tanaman yang sudah menghasilkan:
pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir
luar piringan. Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1 – 3
meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30 – 50 cm dari
pokok.
- Waktu pemberian pupuk sebaiknya
dilaksanakan pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk
pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan (Maret – April) untuk
pemupukan yang kedua.
e. Pemangkasan daun
Maksud pemangkasan daun adalah untuk
memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon
dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur /
tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam pemangkasan :
- Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan
yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud
untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat
yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut
dodos.
- Pemangkasan produksi, yaitu
pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong
daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang
dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk
satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah
dodos seperti pada pemangkasan pasir.
- Pemangkasan pemeliharaan, adalah
pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud
membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya
terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini
harus sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam pelaksanaan
panenan.
Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus).
Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna
bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang
diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya
saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan
Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati
mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di
musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian
diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi
warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit
pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO
semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian
diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering;
daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit
yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama
penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien
dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki
.
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur
2,5 tahun dan proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman
telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5
pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri
tandan buah matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh
dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah
yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment